Senin, 06 Agustus 2018

LITERASI SEBAGAI MEDIA REFLEKSI DIRI GURU





Hari istimewa bagi guru, salah satunya adalah Hari Guru Nasional (HGN) yang diperingati setiap tanggal 25 November. Beranekaragam perayaan untuk memperingatinya. Ada yang dengan lomba antar peserta didik, lomba antar kelas, pentas seni, bahkan lomba masak antar guru.
Jarang sekali sekolah yang memperingatinya dengan kompetisi antarguru yang berkaitan dengan profesionalismenya. Mengapa demikian? Adanya keengganan untuk melakukannya karena beberapa faktor. Faktor peserta didik yang beragam selera, dan ada juga yang hanya guyonan saja memilihnya. Pernah di suatu sekolah ternama, justru yang terpilih sebagai guru favorit yang di luar dugaan. Belum lagi kesiapan guru sendiri dalam menghadapi kompetisi semacam ini. Perlu persiapan matang untuk melakukan kompetisi guru di sekolah, perlu adanya rubrik yang rinci, belum lagi mengingat jumlah jam dan kelas yang diampu guru berbeda.
Sebenarnya, HGN merupakan waktu yang tepat bagi guru untuk refleksi dan evaluasi diri. Sudah beberapa tahun secara rutin saya memanfaatkan HGN untuk itu.
Literasi. Ya…literasi yang tertuang dalam bentuk tulisan pada surat. Saya minta seluruh peserta didik pada kelas yang saya ampu untuk menuliskan surat. Surat berisi apa pun yang terkait pendapat, ungkapan, kesan, saran ataupun pesan mereka bagi saya. Boleh diberi nama ataupun tidak. Dan saya tegaskan, bahwa tidak akan mempengaruhi nilai mereka.
Ada kebahagiaan tersendiri saat meluangkan waktu membaca surat-surat mereka. Bagaimana ungkapan mereka tentang saya, kadang belum pernah terpikir sebelumnya. Beberapa hal positif yang diungkapkan, berusaha untuk saya pertahankan atau bahkann saya tingkatkan. Ada beberapa hal yang negatif, berusaha untuk saya mengubahnya. Kadang ada kesalahpahaman atau hal yang tidak sengaja, tapi membuat mereka kecewa. Di sinilah kesempatan kita untuk refleksi diri. Kalau memungkinkan, kesalahpahaman perlu dikomunikasikan.
HGN tahun 2017 ini,ada yang berbeda. Saya berusaha untuk membalas surat-surat mereka. Walaupun itu butuh waktu lumayan lama, tapi saya berusaha untuk itu. Saat ini, baru dua kelas yang sudah terselesaikan, dari enam kelas yang ada. Saya yakin, balasan surat saya memiliki kekuatan tersendiri bagi mereka. Di situ saya tuliskan beberapa nasehat, motivasi dan doa. Doa tulus seorang guru sebagai salah satu sumber kekuatan kesuksesan anak didiknya, Semoga Allah SWT mengabulkannya, Amiin.


Bojonegoro, 29 November 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERDEKA BELAJAR SEBAGAI SOLUSI MENGHADAPI COVID-19

  MERDEKA BELAJAR SEBAGAI SOLUSI MENGHADAPI COVID-19   A. MERDEKA BELAJAR           Istilah Merdeka Belajar diluncurkan pertama kali...