Hari istimewa bagi guru, salah satunya
adalah Hari Guru Nasional (HGN) yang diperingati setiap tanggal 25 November.
Beranekaragam perayaan untuk memperingatinya. Ada yang dengan lomba antar
peserta didik, lomba antar kelas, pentas seni, bahkan lomba masak antar guru.
Jarang sekali sekolah yang memperingatinya
dengan kompetisi antarguru yang berkaitan dengan profesionalismenya. Mengapa
demikian? Adanya keengganan untuk melakukannya karena beberapa faktor. Faktor peserta
didik yang beragam selera, dan ada juga yang hanya guyonan saja memilihnya.
Pernah di suatu sekolah ternama, justru yang terpilih sebagai guru favorit yang
di luar dugaan. Belum lagi kesiapan guru sendiri dalam menghadapi kompetisi
semacam ini. Perlu persiapan matang untuk melakukan kompetisi guru di sekolah,
perlu adanya rubrik yang rinci, belum lagi mengingat jumlah jam dan kelas yang
diampu guru berbeda.
Sebenarnya, HGN merupakan waktu yang tepat
bagi guru untuk refleksi dan evaluasi diri. Sudah beberapa tahun secara rutin
saya memanfaatkan HGN untuk itu.
Literasi. Ya…literasi yang tertuang dalam
bentuk tulisan pada surat. Saya minta seluruh peserta didik pada kelas yang
saya ampu untuk menuliskan surat. Surat berisi apa pun yang terkait pendapat,
ungkapan, kesan, saran ataupun pesan mereka bagi saya. Boleh diberi nama
ataupun tidak. Dan saya tegaskan, bahwa tidak akan mempengaruhi nilai mereka.
Ada kebahagiaan tersendiri saat meluangkan
waktu membaca surat-surat mereka. Bagaimana ungkapan mereka tentang saya,
kadang belum pernah terpikir sebelumnya. Beberapa hal positif yang diungkapkan,
berusaha untuk saya pertahankan atau bahkann saya tingkatkan. Ada beberapa hal
yang negatif, berusaha untuk saya mengubahnya. Kadang ada kesalahpahaman atau
hal yang tidak sengaja, tapi membuat mereka kecewa. Di sinilah kesempatan kita
untuk refleksi diri. Kalau memungkinkan, kesalahpahaman perlu dikomunikasikan.
HGN tahun 2017 ini,ada yang berbeda. Saya
berusaha untuk membalas surat-surat mereka. Walaupun itu butuh waktu lumayan
lama, tapi saya berusaha untuk itu. Saat ini, baru dua kelas yang sudah
terselesaikan, dari enam kelas yang ada. Saya yakin, balasan surat saya
memiliki kekuatan tersendiri bagi mereka. Di situ saya tuliskan beberapa
nasehat, motivasi dan doa. Doa tulus seorang guru sebagai salah satu sumber
kekuatan kesuksesan anak didiknya, Semoga Allah SWT mengabulkannya, Amiin.
Bojonegoro, 29
November 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar