Allah
SWT. telah menyeru pada orang tua (QS an-Nisa’(4):9) untuk tidak meninggalkan
anaknya dalam kondisi lemah (keilmuan dan keimanan). Karena itu, pendidikan
anak terutama usia dini sangat penting
untuk diperhatikan, utamanya para ibu. Ibu memiliki
kedekatan fisik dan emosional lebih.
Ibu pula peletak dasar informasi pertama bagi anaknya.
Dengan demikian, seorang ibu harus cerdas, agar
melahirkan generasi penerus yang cerdas
pula.
Memiliki
anak yang cerdas adalah idaman setiap orangtua. Cerdas berpikir, bertindak, dan
berbicara. Dengan kecerdasannya ini, anak mampu berkompetensi dan berkompetisi
dalam menghadapi masa depannya.
Salah satu
hal yang sangat penting dalam proses mendidik anak adalah dengan
menggunakan buku sebagai media
pembelajaran dan sebagai pemacu
kecerdasan. Orangtua bisa lebih fokus mencetak anaknya menjadi
cerdas melalui stimulasi otak yang diberikan melalui pengajaran tertentu, salah
satunya dengan memacunya untuk gemar membaca.
Dalam
perkembangannya, anak memerlukan orang yang menemaninya dalam sebagian besar
kehidupannya sepanjang hari. Di sinilah peran ibu sangat penting. Frekuensi
kebersamaan ibu lebih besar dibanding ayah.
Keteladanan ibu akan sangat berperan membentuk kebiasaan-kebiasaan hidup anak yang nantinya akan membangun karakter dan sifat-sifat anak. Untuk itu, perlu upaya bersama dalam mencerdaskan perempuan dan ibu dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat maupun negara. Bisa dilakukan di organisasi terkait, misalnya Majelis Taklim, Dawa Wisma, PKK, Dharma Wanita.
Keteladanan ibu akan sangat berperan membentuk kebiasaan-kebiasaan hidup anak yang nantinya akan membangun karakter dan sifat-sifat anak. Untuk itu, perlu upaya bersama dalam mencerdaskan perempuan dan ibu dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat maupun negara. Bisa dilakukan di organisasi terkait, misalnya Majelis Taklim, Dawa Wisma, PKK, Dharma Wanita.
Bunda sebagai Agen Perubahan
Tak
ada yang mau percaya pada misi kebaikan yang dibawa seseorang, sementara
perilaku orang itu tak mencerminkan kebaikan
apa pun. Karenanya, seorang agen perubahan mestilah terlebih dulu memberi
teladan dan menjalani nilai kebaikan tersebut. Seorang ibu mengharapkan anaknya
memiliki minat baca, maka ibu tersebut harus memberikan keteladanan terhadap
anak-anaknya.
Tanggungjawab seorang ibu
utamanya untuk mendidik anak-anaknya hingga menjadi cerdas dan pintar. Untuk sukses
menanamkan budaya gemar membaca bagi anak-anak tercinta di usia dini, bisa melakukan berbagai langkah berikut :
1. Berikan
anak buku dan majalah yang bergambar
dan menarik. Biarkan ia membolak-baliknya.
Sekali-kali cobalah memintanya memilih buku/majalah sendiri untuk mengetahui
minatnya. Kalau perlu, sisihkan anggarkan khusus untuk ini atau bisa juga dengan
cara menabung.
2. Biarkan
ia membaca komik, majalah dan koran. Janganlah berpikir bahwa ketiga jenis
bacaan tersebut kurang bermutu. Komik memiliki karakter, garis cerita, jenis
bahasa dan nada yang sama. Majalah dan koran memiliki artikel dan cerita pendek
yang dapat dibaca dalam waktu singkat. Gambar bisa membantu menerka arti kata
yang tidak mereka mengerti.
3. Bacakan
cerita setiap ada kesempatan, biasanya menjelang tidur. Usahakan luangkan waktu
demi buah hati.
4. Berikan
buku pertama anak dengan ciri-ciri memiliki penuturan cerita yang dilakukan dari
sudut orang pertama atau buku humoris.
5. Mencoba
mencarikan buku-buku yang disukai dan mendidik.
6. Tahap
pengembangan dengan mulai memperkenalkan bacaan lain dari yang biasa disukai. Tawarkan buku-buku yang
pernah anda senangi sebagai pilihan.
7. Biarkan
anak mencari buku sendiri.
Tentunya
masih banyak lagi kiat yang bisa dilakukan ibu demi menarik minat anak-anaknya
untuk senang membaca. Perpustakaan salah satu tempat pilihan untuk menambah
buku bacaan sekaligus berfungsi untuk pembelajaran sosial. Untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan zaman, perpustakaan perlu melengkapi berbagai fasilitas
yang dibutuhkan, internet misalnya.
Shared Reading, asyik...
Seorang ahli literasi anak
dari New Zealand meneliti dan merintis kegiatan bercerita atau membacakan
cerita bersama-sama sebagai media belajar yang sangat efektif. Kegiatan ini
dikenal sebagai Shared Reading.
Shared Reading dilakukan oleh satu
orang dewasa ( diperankan seorang ibu, misalnya) dan anak atau sekelompok anak.
Mereka berkumpul, membaca bersama secara kolaboratif sehingga memperoleh pengetahuan
baru secara aktif dan bersama-sama. Media yang digunakan biasanya buku cerita
bergambar dengan format buku besar ( giant
book ) dan tulisan tercetak besar ( large
print )
Keterlibatan aktif dan menyenangkan,
dengan pesan ringan dan mudah diingat dan diserap anak. Buku besar dengan
tulisan besar membantu anak lebih fokus pada gambar dan teks. Sambil membaca
dan bercerita, orang dewasa ( ibu ) sambil mendemonstrasikan apa yang dibaca.
Pengalaman membaca yang diperankan
ibu dalam suasana kondusif mendorong anak terlibat berpartisipasi aktif.
Keterlibatan dibangun dengan langkah :
1. Setiap
pembawa cerita selesai membaca satu kalimat, anak dapat mengikuti / mengulangi
kalimat tersebut.
2. Membaca
setiap kalimat secara bersama-sama ( untuk yang sudah dapat membaca ).
3. Pembawa
cerita membaca seluruh kalimat yang tercetak kemudian diam pada sebuah kata
yang harus dibaca oleh anak.
Pengulangan
merupakan hal yang penting karena tujuan utamanya adalah membuat anak terbiasa
pada pengalaman membaca. Ibu dapat membaca kembali bagian kalimat tertentu
sesuai kebutuhan kelompok. Ini akan menumbuhkan minat anak terhadap buku.
Untuk
membangun suasana yang menyenangkan dalam kegiatan ini, ibu perlu menanyakan
kesan dan ide anak-anak terhadap cerita serta menggali apa yang mereka rasakan.
Kiranya Shared Reading sebagai salah satu pilihan menarik untuk ibu yang cerdas
bagi buah hati tercinta.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah
Aidh, La Tahzan untuk wanita, 2008, Jabal,Bandung
Rahimsyah,
Kisah Para Pahlawan Bangsa, 2005, Indah, Surabaya
Majalah
Keluarga no 368/2003
Majalah
Keluarga no 379/2004
Majalah
Keluarga no 381/2004
Majalah
Ummi no7/XXIII/November 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar