Senin, 06 Agustus 2018

PORTOFOLIO ANAK KITA






PORTOFOLIO ANAK KITA
       Portofolio”, tentu saja kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Terutama kita sebagai guru. Portofolio merupakan kumpulan karya siswa (peserta didik).  Karya-karya di sini bukan merupakan hasil ulangan harian atau hasil penilaian akhir semester, akhir tahun ataupun ujian. Selain karya dari penugasan dan penilaian keterampilan, portofolio juga bisa berupa piagam penghargaan yang pernah diperoleh siswa.
            Bagaimana dengan portofolio anak kita? Pernahkah Bapak Ibu terpikirkan atau bahkan sudah melakukan penyusunan portofolio untuk anak-anak  tercinta?
Jika saat ini “belum”, mulailah dari sekarang.
Tentu bisa berbeda dengan portofolio peserta didik kita. Portofolio anak kita, bisa kita susun sesuai dengan selera dan kebutuhan.
            Untuk apa sih, kok perlu kita susun portofolio itu? Tujuan utamanya adalah untuk pengarsipan surat-surat ataupun karya-karya penting anak kita. Ada karya anak kita pada saat di sekolah ataupun di rumah, ataupun piagam-piagam penghargaan mereka.
            Lalu, apa guna dan manfaatnya? Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh, antara lain:
1. memudahkan untuk mencari surat penting;
2. memotivasi anak untuk lebih giat belajar dan berprestasi;
3. menumbuhkan percaya diri anak;
4. menumbuhkembangkan bakat dan minat anak
5. anak merasa senang dan lebih dihargai
            Beberapa tips yang mungkin bisa sebagai gambaran untuk penyusunan portofolio anak Bapak/Ibu diantaranya:
1. Susun rapi, sesuai urutan waktu atau kategori/jenis
2. Jika anak lebih dari satu, usahakan mengemasnya sama, untuk menghindari rasa
    ketidakadilan/pilihkasih dari kita.
3. Perjuangkan jika memang perlu. Misalnya anak kita juara/peringkat di bimbelnya dan tidak ada sertifikatnya (hanya berupa pengumuman), maka datanglah ke lembaga belajarnya untuk minta bukti kejuaraannya. Jika anak kita juara Try Out UN, Try Out Seleksi PKNSTAN, seleksi masuk jenjang sekolah yang lebih tinggi atau yang lainnya, berusahalah Bapak/Ibu untuk memperoleh buktinya. Bisa dengan memotret lalu mencetaknya, atau mendownload lalu mencetaknya.
4. Libatkan anak untuk ikut serta dalam penyusunan portofolio. Supaya dampak positifnya lebih terasakan.
                 Bagaimana Bapak/Ibu? Tidak sulit khan? Silakhan mencoba mulai dari sekarang. Semoga anak-anak kita tumbuh dan berkembang sehat jasmani rokhani, menjadi anak yang berbakti, berbudi, sholeh/ sholehan, dan tercapai apa yang menjadi cita-cita mereka. Amiin.



Bojonegoro, 29 November 2017.

GURU DAN PESERTA DIDIK YANG BAIK? (REFLEKSI DIRI HGN 2017)



(sumber gambar :kompasiana.com)

Jika kita bertanya pada peserta didik kita: “Menurut kalian, guru yang baik itu yang bagaimana ,sih?” Mereka akan menjawab dengan beranekaragam jawaban.
Kadangkala, pertanyaan itu saya lontarkan pada kelas yang saya ampu, Hasilnya pun, mereka bisa menyampaikan beragam jawaban antara satu dengan yang lainnya dalam satu kelas. Belum lagi jika digabungkan dengan jawaban kelas lainnya.
Rangkuman jawaban mereka inilah yang sangat perlu kita tahu. Karena inilah guru yang ideal bagi mereka.
Guru yang baik adalah guru yang:
·         kreatif
·         inovatif
·         disiplin
·         sabar
·         murah memberi nilai
·         serius tapi santai
·         humoris
·         dekat dengan siswa
·         rendah hati
·         rapi
·         adil
·         menyenangkan
·         cantik/cakep
·         murah senyum
·         pintar
·         tidak terlalu banyak tugas
Dan, masih banyak lagi kata atau kalimat yang mereka tuliskan. Ada yang dalam ungkapan positif maupun negatif. Tidak membosankan, tidak pilih kasih, tidak sombong dan masih banyak yang lainnya.
             Bagaimana dengan kita saat ini? Sudahkan menjadi guru yang baik bagi peserta didik kita? Seperti ungkapan yang sering kita dengan atau sampaikan, Bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tidak ada guru yang sempurna, bisa memenuhi standar ideal peserta didik yang memiliki beragam selera dan karakter. Tapi… tidak ada salahnya dan bahkan, seharusnya…ada upaya kita untuk selalu dan selalu membenahi diri untuk bisa menjadi yang terbaik yang kita mampu lakukan begi mereka, generasi penerus bangsa.
Setelah mereka mengungkapkan pendapat dan keinginannya, sambil tersenyum saya sampaikan kepada mereka:
“Anak-anak, tahukah kalian…bagi Bu Restu, siswa yang baik itu yang bagaimana? Tidak banyak nak…yaitu, santun, disiplin, dan rajin”
Bagaimana peserta didik yang baik menurut Bapak Ibu guru yang lain?


Bojonegoro, 29 November 2017

KADO TERINDAH DI HARI GURU 2017






KADO TERINDAH
DI HARI GURU 2017


Dua hari menjelang bulan Desember
Ungkapan kasih kalian untukku
Anak-anakku …
Betapa besar perhatianmu
Entah apa yang bisa kuberikan untuk balas kado itu
Lembar demi lembar kisah tentangmu
Aku buka kembali …
Sungguh … ada kangen di situ

Saat canda tawa mengisi kelas kita
Oh ya…kalian itu memang lucu…!
Selalu membuat riang, menghapus penatku

Tak terasa ...
Indah bersama akan cepat berlalu
Gapailah citamu
Anak-anakku…doaku selalu bersamamu…


Bojonegoro, 29 November 2017
Untuk anak-anakku tersayang
Kelas XII IPS 3 TP 2017/2018
Semoga kalian semua sukses dalam meraih cita-cita.
Jangan lupa, berbakti dan buat bahagia orangtua serta bangga almamater kalian.

Dari Bu Restu
(Wali kelas kalian)



LITERASI SEBAGAI MEDIA REFLEKSI DIRI GURU





Hari istimewa bagi guru, salah satunya adalah Hari Guru Nasional (HGN) yang diperingati setiap tanggal 25 November. Beranekaragam perayaan untuk memperingatinya. Ada yang dengan lomba antar peserta didik, lomba antar kelas, pentas seni, bahkan lomba masak antar guru.
Jarang sekali sekolah yang memperingatinya dengan kompetisi antarguru yang berkaitan dengan profesionalismenya. Mengapa demikian? Adanya keengganan untuk melakukannya karena beberapa faktor. Faktor peserta didik yang beragam selera, dan ada juga yang hanya guyonan saja memilihnya. Pernah di suatu sekolah ternama, justru yang terpilih sebagai guru favorit yang di luar dugaan. Belum lagi kesiapan guru sendiri dalam menghadapi kompetisi semacam ini. Perlu persiapan matang untuk melakukan kompetisi guru di sekolah, perlu adanya rubrik yang rinci, belum lagi mengingat jumlah jam dan kelas yang diampu guru berbeda.
Sebenarnya, HGN merupakan waktu yang tepat bagi guru untuk refleksi dan evaluasi diri. Sudah beberapa tahun secara rutin saya memanfaatkan HGN untuk itu.
Literasi. Ya…literasi yang tertuang dalam bentuk tulisan pada surat. Saya minta seluruh peserta didik pada kelas yang saya ampu untuk menuliskan surat. Surat berisi apa pun yang terkait pendapat, ungkapan, kesan, saran ataupun pesan mereka bagi saya. Boleh diberi nama ataupun tidak. Dan saya tegaskan, bahwa tidak akan mempengaruhi nilai mereka.
Ada kebahagiaan tersendiri saat meluangkan waktu membaca surat-surat mereka. Bagaimana ungkapan mereka tentang saya, kadang belum pernah terpikir sebelumnya. Beberapa hal positif yang diungkapkan, berusaha untuk saya pertahankan atau bahkann saya tingkatkan. Ada beberapa hal yang negatif, berusaha untuk saya mengubahnya. Kadang ada kesalahpahaman atau hal yang tidak sengaja, tapi membuat mereka kecewa. Di sinilah kesempatan kita untuk refleksi diri. Kalau memungkinkan, kesalahpahaman perlu dikomunikasikan.
HGN tahun 2017 ini,ada yang berbeda. Saya berusaha untuk membalas surat-surat mereka. Walaupun itu butuh waktu lumayan lama, tapi saya berusaha untuk itu. Saat ini, baru dua kelas yang sudah terselesaikan, dari enam kelas yang ada. Saya yakin, balasan surat saya memiliki kekuatan tersendiri bagi mereka. Di situ saya tuliskan beberapa nasehat, motivasi dan doa. Doa tulus seorang guru sebagai salah satu sumber kekuatan kesuksesan anak didiknya, Semoga Allah SWT mengabulkannya, Amiin.


Bojonegoro, 29 November 2017

LITERASI BUNDA MELAHIRKAN GENERASI CERDAS


LITERASI BUNDA MELAHIRKAN GENERASI YANG CERDAS
Allah SWT. telah menyeru pada orang tua (QS an-Nisa’(4):9) untuk tidak meninggalkan anaknya dalam kondisi lemah (keilmuan dan keimanan). Karena itu, pendidikan anak terutama usia dini sangat penting untuk diperhatikan, utamanya para ibu. Ibu memiliki kedekatan fisik dan emosional lebih. Ibu pula peletak dasar informasi pertama bagi anaknya. Dengan demikian, seorang ibu harus cerdas, agar melahirkan generasi penerus yang cerdas pula.
Memiliki anak yang cerdas adalah idaman setiap orangtua. Cerdas berpikir, bertindak, dan berbicara. Dengan kecerdasannya ini, anak mampu berkompetensi dan berkompetisi dalam menghadapi masa depannya.
Salah satu hal yang sangat penting dalam proses mendidik anak adalah dengan menggunakan buku sebagai media pembelajaran dan sebagai pemacu kecerdasan. Orangtua bisa lebih fokus mencetak anaknya menjadi cerdas melalui stimulasi otak yang diberikan melalui pengajaran tertentu, salah satunya dengan memacunya untuk gemar membaca.
Dalam perkembangannya, anak memerlukan orang yang menemaninya dalam sebagian besar kehidupannya sepanjang hari. Di sinilah peran ibu sangat penting. Frekuensi kebersamaan ibu lebih besar dibanding ayah.
Keteladanan ibu akan sangat berperan membentuk kebiasaan-kebiasaan hidup anak yang nantinya akan membangun karakter dan sifat-sifat anak.
Untuk itu, perlu upaya bersama dalam mencerdaskan perempuan dan ibu dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat maupun negara. Bisa dilakukan di organisasi terkait, misalnya Majelis Taklim, Dawa Wisma, PKK, Dharma Wanita.
Bunda sebagai Agen Perubahan
Tak ada yang mau percaya pada misi kebaikan yang dibawa seseorang, sementara perilaku orang itu tak mencerminkan  kebaikan apa pun. Karenanya, seorang agen perubahan mestilah terlebih dulu memberi teladan dan menjalani nilai kebaikan tersebut. Seorang ibu mengharapkan anaknya memiliki minat baca, maka ibu tersebut harus memberikan keteladanan terhadap anak-anaknya.
            Tanggungjawab seorang ibu utamanya untuk mendidik anak-anaknya hingga menjadi cerdas dan pintar. Untuk sukses menanamkan budaya gemar membaca bagi anak-anak tercinta di usia dini, bisa melakukan berbagai langkah berikut :
1.    Berikan anak buku dan majalah yang bergambar dan menarik. Biarkan ia membolak-baliknya. Sekali-kali cobalah memintanya memilih buku/majalah sendiri untuk mengetahui minatnya. Kalau perlu, sisihkan anggarkan khusus untuk ini atau bisa juga dengan cara menabung.
2.    Biarkan ia membaca komik, majalah dan koran. Janganlah berpikir bahwa ketiga jenis bacaan tersebut kurang bermutu. Komik memiliki karakter, garis cerita, jenis bahasa dan nada yang sama. Majalah dan koran memiliki artikel dan cerita pendek yang dapat dibaca dalam waktu singkat. Gambar bisa membantu menerka arti kata yang tidak mereka mengerti.
3.    Bacakan cerita setiap ada kesempatan, biasanya menjelang tidur. Usahakan luangkan waktu demi buah hati.
4.    Berikan buku pertama anak dengan ciri-ciri memiliki penuturan cerita yang dilakukan dari sudut orang pertama atau buku humoris.
5.    Mencoba mencarikan buku-buku yang disukai dan mendidik.
6.    Tahap pengembangan dengan mulai memperkenalkan bacaan lain dari yang biasa disukai. Tawarkan buku-buku yang pernah anda senangi sebagai pilihan.
7.    Biarkan anak mencari buku sendiri.
Tentunya masih banyak lagi kiat yang bisa dilakukan ibu demi menarik minat anak-anaknya untuk senang membaca. Perpustakaan salah satu tempat pilihan untuk menambah buku bacaan sekaligus berfungsi untuk pembelajaran sosial. Untuk memenuhi kebutuhan perkembangan zaman, perpustakaan perlu melengkapi berbagai fasilitas yang dibutuhkan, internet misalnya.
Shared Reading, asyik...
            Seorang ahli literasi anak dari New Zealand meneliti dan merintis kegiatan bercerita atau membacakan cerita bersama-sama sebagai media belajar yang sangat efektif. Kegiatan ini dikenal sebagai Shared Reading.
            Shared Reading dilakukan oleh satu orang dewasa ( diperankan seorang ibu, misalnya) dan anak atau sekelompok anak. Mereka berkumpul, membaca bersama secara kolaboratif sehingga memperoleh pengetahuan baru secara aktif dan bersama-sama. Media yang digunakan biasanya buku cerita bergambar dengan format buku besar ( giant book ) dan tulisan tercetak besar ( large print )
            Keterlibatan aktif dan menyenangkan, dengan pesan ringan dan mudah diingat dan diserap anak. Buku besar dengan tulisan besar membantu anak lebih fokus pada gambar dan teks. Sambil membaca dan bercerita, orang dewasa ( ibu ) sambil mendemonstrasikan apa yang dibaca.
            Pengalaman membaca yang diperankan ibu dalam suasana kondusif mendorong anak terlibat berpartisipasi aktif. Keterlibatan dibangun dengan langkah :
1.    Setiap pembawa cerita selesai membaca satu kalimat, anak dapat mengikuti / mengulangi kalimat tersebut.
2.    Membaca setiap kalimat secara bersama-sama ( untuk yang sudah dapat membaca ).
3.    Pembawa cerita membaca seluruh kalimat yang tercetak kemudian diam pada sebuah kata yang harus dibaca oleh anak.
Pengulangan merupakan hal yang penting karena tujuan utamanya adalah membuat anak terbiasa pada pengalaman membaca. Ibu dapat membaca kembali bagian kalimat tertentu sesuai kebutuhan kelompok. Ini akan menumbuhkan minat anak terhadap buku.
Untuk membangun suasana yang menyenangkan dalam kegiatan ini, ibu perlu menanyakan kesan dan ide anak-anak terhadap cerita serta menggali apa yang mereka rasakan. Kiranya Shared Reading sebagai salah satu pilihan menarik untuk ibu yang cerdas bagi buah hati tercinta.

 ***




DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Aidh, La Tahzan untuk wanita, 2008, Jabal,Bandung
Rahimsyah, Kisah Para Pahlawan Bangsa, 2005, Indah, Surabaya
Majalah Keluarga no 368/2003
Majalah Keluarga no 379/2004
Majalah Keluarga no 381/2004
Majalah Ummi no7/XXIII/November 2011

PIA HANGAT SORE ITU



Hampir jam 4 sore, saat motorku sampai gerbang rumah, di belakangku sudah ada motor lain yang berhenti.
Siapa ya? pikirku dalam hati.

"Oh...kamu Bima...silahkan masuk.." sapaku terhadap Bima, siswa lulusan tahun kemarin.
Bima pun tersenyum, kelihatan gigi putihnya yang rapi, sambil menyodorkan bungkusan kepadaku.

"Ini Bu...ada kue bikinan Ibuk saya..." ucapnya.
"Wah...terimakasih ya...hm...masih hangat..." aku menjyambut gembira menerima oleh-oleh darinya.

Kubuka bungkusan itu. Hm...kue pia empuk hangat dua kardus. Cocok banget ini untuk camilan. Kebetulan kue yang beginian kesukaan suami juga. Cerita Bima,kue pia itu karya ibuk dan dia, hasil karya coba-coba terinspirasi youtube.

Harus kutahan keinginanku untuk mencicipi pia itu hingga Maghrib nanti. 

Obrolan kami pun berlanjut.
Bima, siswa yang tergolong pandai, sangat suka mata pelajaran geografi, dibuktikan ikut OSN Kebumian, pilihan mapel UNnya pun geografi. Hasil kompetisi OSN Kebumian belum maksimal karena kurang fokus, waktunya banyak tersita untuk kegiatan organisasi, pastilah sangat sibuk dengan terp[ilihnya dia sebagai ketua OSIS, belum lagi dia ikut beberapa organisasi yang lain di luar sekolah.

Terbayang saat Bima masih duduk di bangku kelas X, saat murung suntuk wajahnya karena ada problem keluarga. Ayahnya yang sangat kecewa dan marah bahkan tidak mau menyapanya, karena Bima tidak mau melanjutkan kegiatan angkat beban yang menyebabkan dirinya cidera. Bima berkomitmen, bahwa dia akan sukses di bidang yang lain,salahsatunya akademik. Dan, itu akan ditunjukkan kepada orangtuanya.

Pilihan PTN yang terlalu tinggi baginya saat SNMPTN, dan tidak ikut SBMPTN. Ikut tes di STID, tidak lolos. 
Keterbatasan ekonomi, akhirnya dia memutuskan untuk bekerja, di sebuah perusahaan di kota Surabaya. Bertahan hanya sebulan, karena merasa tidak cocok, terlalu dikekang, bahkan sholat Jum'at saja kesulitan.

Akhirnya, lolos sebagai supervisor di resto ayam geprek special sambal korek di kota ledre. 

"Berapa seporsi, Bima..." tanyaku penasaran, karena kebetulan juga belum pernah nyoba kuliner di restonya.
"24 ribu Bu..., lumayan mahal dibanding yang lainnya ada yang 10 ribu, ya Bu...karena pakai ayam kampung" dia menjawab dan berusaha menjelaskan padaku.

"Ohya...memang ayam kampung mahal...tapi khan sekarang makin banyak orang yang sadar akan kesehatan" jawabku sambil tersenyum padanya.

" Saya juga usaha yang lain Bu, saya memelihara kelinci dan sudah lumayan banyak.Berkembang biaknya cepat" ucapnya semangat dengat binar bola matanya yang cerah. 
"Wah...hebat kamu..., Betul...cepet banget itu..." jawabku.

"Ke depannya, saya berencana bersama Bapak Ibuk saya, mau buka usaha rumah makan kecil-kecilan Bu...doakan ya Bu...Insyaallah tahun depan" Bima menjelaskan rencana besarnya.
" Adik saya dua Bu, yang besar kelas XI SMK, yang kecil masih SD, pastilah butuh biaya untuk sekolah dan masa depannya" dia kembali menjelaskan.
" Gimana hubunganmu dengan Bapakmu? tanyaku padanya.
/"Alhamdulillah,sudah baik Bu..." jelasnya sambil tersenyum.

"Hebat kamu Bima...sudah memikirkan semua itu...justru jiwa enterpreneurlah yang perlu kita kembangkan. Sukses itu , jika kita bisa dan mampu bertahan dalam kehidupan dan banyak memberikan manfaat untuk yang lain. Dan, Insyaallah kamu bisa melakukannya" ucapku memberikan support baginya.

Bima cerita, bahwa dia pun tidak malu untuk mencari pakan kelinci berupa limbah sayuran yang ada di pasar. Dia pun masih sempat untuk berbagi ilmu pada adik-adik SD yang butuh bimbingan belajar gratis. 

" Ya , Bima...saya doakan lancar semuanya... dan, pesen Bu Restu...tetaplah rendah hati...
Saat kamu ndaftar ke STID, kamu khan ingin berdakwah ya...? Untuk itu, lakukanlah semampumu, sebisamu di tempat kerjamu atau di mana pun" aku sedikit memberikan petuah untuk Bima.


"Buk, pamit..mau les" ucap anak bungsuku sambil mencium tanganku. 
Sempat bersalaman dengan Bima, erat dan akrab, walaupun belum pernah bertemu. 
"Sukses ya dik...." support Bima untuk anakku.
Itulah salah satu kelebihan Bima, batinku dalam hati.
Aku jadi ingat saat di kelasnya, pernah aku sampaikan bahwa menurut "penelitian", kesuksesan seseorang, 80% dipengaruhi oleh kecerdasan sosialnya. 

"Nak...ini, bawa untuk berbuka nanti di tempat les, ada kue pia hangat dari mas Bima..enak lho...buatan sendiri.." ku masukkan satu kotak kue ke dalam tas hitam di punggungnya.
"Hati-hati ya, di jalan" nasehatku pada Ramdhan anakku. 


Senyum Bima mengembang melihat semua itu. 
Ku amati penampilannya.
Pemuda yang bernama Bima Raja Saputra, saat ini makin dewasa, percaya diri, santun, rapi dan agak lebih berisi dibandingkan setahun yang lalu, di kls XII IPS 4. 
Semoga kamu sukses dalam meraih cita.
Dan, bahagiakan orangtuamu, adik2mu, dan kelak keluargamu.


***


6 Agustus 2018

Alhamdulillah...
Terasa nikmat, 
saat berbuka dengan pia isi kelapa.








DERING RINDU



Senin, Pekan terakhir bulan Juli 2018


Saat menjelang sore, ibu itu sudah tidak sabaran untuk tidak mengirim pesan.
"Nak..., ibuk udah kangen. 
Semoga kamu langsung krasan dan senang dengan lingkungan belajarmu yang baru".

Rabu, pada pekan yang sama.
Pagi hari, sms berikutnya pun dikirim, walaupun tidak ada jawaban.
"Nak...sudah seminggu kamu belajar di pondok. Semoga sehat selalu"

Jum'at, pada pekan yang sama.
"Nak, ibuk mau telepon belum berani. Ini ibuk nunggu teleponmu nak..."

Begitulah..hari demi hari, ibu itu gelisah menunggu kabar dari anak sulungnya.
Ia tahu kalau sms yang dikirimnya tidak akan terkirim apalagi terbaca. Rindu menjadikannya tidak peduli.

Handphone yang baru di beli anaknya, ada masalah, bisa mengirim pesan tapi tidak bisa untuk menerima. Sedangkan ketentuan peraturan di pondok, santri tidak diperkenankan membawa smartphone.
Sejak hari pertama di pondok, handphone juga harus diserahkan ke bagian administrasi.

***

Minggu, Akhir bulan Juli 2018
saat pagi hari,
"Buk..
Alhamdulillah aku di sini betah.
Kalau hari Ahad jam 08.00 sampai jam 17.00 HPnya ibuk tolong di aktifkan ya...nanti tak telepon".

Sms dari anaknya, membuat ibuk itu gembira.
"Alhamdulillah, sayang..."
Begitu kalimat singkat jawaban untuk anaknya. Sekali lagi, ia tetap tak peduli bahwa anaknya tidak bisa membaca sms itu.


MERDEKA BELAJAR SEBAGAI SOLUSI MENGHADAPI COVID-19

  MERDEKA BELAJAR SEBAGAI SOLUSI MENGHADAPI COVID-19   A. MERDEKA BELAJAR           Istilah Merdeka Belajar diluncurkan pertama kali...